Lokasi: Bantul, D.I. Yogyakarta
Dikenal juga dengan nama: Supa kakabu (Sunda), jamur empes, jamur impus.
Akhir bulan Mei 2022, porsi hujan di sekitar wilayah D.I. Yogyakarta mulai menurun di masa pancaroba, dengan suasana mendung masih hadir di setiap harinya. Suasana seperti ini adalah hari-hari terakhir berbagai variasi jamur bermunculan untuk dipelajari sebelum musim kemarau mengambil alih cuaca.
Saya menjelajah kebun milik salah seorang warga tetangga kantor yang cukup subur ditumbuhi jamur-jamur edible popular diramban. Kebun ini ditanami pohon pisang, pepaya, dan singkong yang jarang dikunjungi oleh pemiliknya. Jamur dan tanaman-tanaman yang dianggap gulma di lahan ini tidak diperhatikan atau dimanfaatkan, sehingga itu menjadi lampu hijau untuk saya meramban. Di kampung ini, para pemilik lahan untuk kebun, cukup toleran dengan para peramban. Beberapa mbah yang merupakan warga setempat juga suka mengumpulkan buah melinjo, buah asam yang jatuh ke tanah, dan kayu bakar. Tentunya tetap mengikuti norma kampung yang tak tertulis yaitu asal tidak memasuki lahan berpagar tanpa ijin, tidak memetik buah/umbi yang sengaja ditanam, dan tidak merusak lansekap lahan orang lain. Kebetulan jamur yang masuk ke dalam genus Calvatia ini tumbuh di beberapa spot di lahan ini.
Biasa disebut secara umum sebagai Jamur Roti, jamur ini masih tergolong dalam kelompok jamur puffball, istilah umum yang sebenarnya tidak ilmiah untuk menyebut jamur yang berbentuk kurang lebih mirip bola. Sayangnya jamur roti yang saya temukan ini kurang bisa dipastikan spesies tepatnya, karena masih minimnya pengkajian mikologi di Indonesia dan untuk bisa dipastikan hanya bisa dikaji di bawah mikroskop.
Mengandalkan bimbingan dari para pakar perjamuran di Komunitas Pemburu Jamur Indonesia, dan ciri-ciri fisik di thread identifikasi yang diposting para anggota, saya menyimpulkan bahwa jamur roti yang saya temukan ini adalah yang tergolong edible.
Jamur ini bertangkai semu, dengan buah jamurnya yang bertekstur empuk seperti roti sesungguhnya, dan ukurannya bervariasi. Ketika sudah tua dan mendapat tekanan dari lingkungan, bagian atas akan pecah dan menyebarkan sporanya.


Habitat
Di Indonesia, genus ini kebanyakan dapat ditemukan di dataran rendah. Persebarannya berdasarkan catatan saya dari laporan penemuannya di Komunitas Pemburu Jamur meliputi daerah Bantul, Surabaya, Serang (Banten), Kabupaten Tangerang, Bandung Barat, Purbalingga, Bekasi, Sumba (NTT), Jember, Sambi (Boyolali), Malang, dan Kalimantan Tengah.
Manfaat
Di Banyumas, masyarakat setempat menggunakan jamur ini sebagai obat tradisional untuk kaki bengkak, dengan meramunya bersama sambetan (aneka rempah) yang diaplikasikan ke bagian yang sakit. Informasi ini diturunkan dari generasi ke generasi oleh penduduk lokal setempat, namun belum didukung oleh kajian akademik lokal.
Sedangkan untuk konsumsi, biasa dimanfaatkan sebagai bahan baku gorengan.
Percobaan Konsumsi Pribadi
Jamur roti ini hanya aman dikonsumsi saat masih muda dengan bagian dalamnya masih berwarna putih. Apabila kamu menemukan yang bagian dalamnya sudah berwarna kuning hingga kehitaman, serta memiliki bau seperti obat rumah sakit, sebaiknya ditinggalkan.


Bagian kulit luarnya perlu dikupas, untuk proses ini sangat mudah karena kulitnya seperti cangkang telur tipis. Daging jamurnya yang empuk seperti spons, saya potong tipis-tipis, kemudian saya masak di atasteflon tanpa minyak dan tanpa bumbu, hingga warnanya berubah kekuningan dan permukaannya agak garing kecoklatan. Tekstur sangat lembut, rasanya hambar saja, namun ada aroma tipis seperti vanilli yang mengingatkan saya pada roti yang sesungguhnya.
Sebagian potongan Calvatia ini saya goreng setelah dicelup ke bumbu tempe goreng (ketumbar, bawang putih, garam, dan air) yang kebetulan juga merupakan menu makan malam saya. Rasa bumbunya meresap sekali ke jamur ini.
DISCLAIMER:
Meramban dan mengkonsumsi jamur liar adalah pengalaman menyenangkan dan rewarding, namun juga dengan resiko berbahaya. Tidak terbatas pada kemungkinan kesalahan dalam identifikasi, reaksi alergi terhadap jamur liar yang edible (pada tiap orang berbeda), kombinasi konsumsi yang kontra dengan jamur liar tertentu (misalnya alkohol, kelapa, atau soda), cara pengolahan, dan resiko lainnya yang datang dari kegiatan outdoor. Sangat disarankan untuk mendapat dampingan dari ahli dan memahami prinsip kehati-hatian dalam meramban, bagi pemula. Kaidah emas peramban:
Jangan panen dan konsumsi jamur atau tanaman liar yang tidak kamu kenali identifikasinya. Setiap individu bertanggung jawab sendiri terhadap kemungkinan resiko dari konsumsi hasil rambanannya.
Reference:
Putra, Ivan, and Khalid Hafazallah, eds. Catatan Komunitas Pemburu Jamur Indonesia: Kolaborasi Lintas Profesi dan Generasi Mengenai Etnomikologi Jamur-jamur Indonesia. Sukabumi: Haura Publishing, 2020. Print.